Belajar hidup minim sampah membuat saya selalu ingin mencoba
hal baru dalam menangulangi sampah yang saya hasilkan di rumah. Setelah memulai
hijrah beralih menggunakan perlegkapan yang reuseable, kini saatnya sama belajar
untuk memilah sampah yang dihasilkan.
Seperti yang kita ketahui, banyaknya sampah yang berakhir di
TPA 40% nya berasal dari sampah rumah tangga, hal inilah yang membuat saya
tergerak untuk memilah sampah dari rumah.
Golongan sampah yang familiar dibagi menjadi 3 jenis, sampah
organik, sampah anorganik dan sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).
Sampah organik
adalah sampah yang dapat terurai dengan proses alami dengan bantuan alam,
artinya tidak membutuhkan banyak proses namun sudah bisa terurai. Sedangkan sampah
anorganik adalah sampah yang memerlukan proses dalam penguraiannya bahkan ada
beberapa sampah anorganik yang sulit dan tidak terurai sesuai karakteristiknya.
Sedangkan sampah B3 adalah sampah dengan karakteristik yang berbahaya dan
membutuhkan perlakuan khusus dalam mengelola sampahnya.
Kali ini saya ingin sedikit sharing tentang sampah organik
dan upaya apa saja yang bisa kita lakukan untuk sampah organik.
Bermula dari banyaknya sampah sisa sayuran di rumah, membuat
saya mencari tahu apa upaya yang tepat dalam mengelola sampah sayuran yang saya
hasilkan. Beruntung zaman sekarang ada “om gugel” yang bisa dimanfaatkan untuk
mencari informasi. Informasi-informasi yang saya dapatkan ternyata beragam,
selain dibuat sebagai kompos, pengelolaan sampah organik juga bisa dengan
membuat Lubang Resapan Biopori (LRB).
Banyak artikel yang saya baca mengenai
teknik pembuatan (LRB) ini dan membuat saya sedikit kebingungan karena banyak
sekali teknik yang tersedia. Hal ini menggerakan saya untuk mencari informasi
yang lebih akurat dengan datang ke sebuah Bank Sampah dekat rumah yang sudah
menerapkan LRB dan berdiskusi disana. Namun rasa penasaran itu belum selesai,
masih ada banyak hal yang ingin ditanyakan. Entah kenapa bisa saya terpikir
untuk mendatangi langsung penemu dari LRB.
Setelah satu minggu siapa sangka ternyata saya bisa bertemu
dengan penemu teknik lubang biopori secara langsung. It’s like a dream sih
hehhehehee…
Rasa penasaran ini membawa saya ke kediaman Profesor Kamir
Raziudin Brata, Penemu teknik Lubang Resapan Biopori salah satu peneliti dari Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor di Komplek Dramaga,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Disambut hangat oleh Profesor dengan tidak banyak basa-basi
beliau langsung membuka pembicaraan. Jujur hari itu saya seakan sedang kuliah
lagi, diputar balikan logika saya dan dipaksa flashback tentang materi
perkuliahan dulu hahhaa… sedikit nyambung sih karena dulu saya kuliah jurusan
kimia. Duh Prof, kan jadi ketauan nih nilai di kampus dulu rantai karbon semua
ahahhahaaa (hanya anak kimia yang paham).
Berbeda dengan pengertian teknologi yang umumnya tergambar
rumit, canggih dan sulit diterapkan justru Prof Kamir menerapkan sebuah teknik
sederhana dan murah agar mudah diterapkan oleh setiap orang. Dinamakan Lubang
Resapan Biopori yang dilansir dapat mengatasi banjir dan multiguna. Sebelum membahas
lebih lanjut, kita pahami dulu apa itu Biopori dan Lubang Resapan Biopori.
Mengapa dinamakan
Biopori ?
Biopori adalah
lubang-lubang atau terowongan kecil (pore) di dalam tanah yang dibuat oleh
aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. Lubang-lubang ini dibuat oleh
organisme dalam tanah yang perannya sering dilupakan dalam merancang sebuah
konsep penanganan banjir. Fauna dalam tanah inilah yang berkerja membuat
lubang-lubang dibawah tanah karena membawa cadangan makanan yang ada di tanah.
Sedangkan Lubang
Biopori adalah sebuah lubang silindris yang dibuat secara vertical ke dalam
tanah dengan diamter 10cm dan kedalaman 100cm atau kurang jika air tanahnya
dangkal. Lubang ini merupakan salah satu media bagi fauna tanah untuk membuat terowongan-terowongan kecil
dibawah tanah. Karena dalam lubang ini, kita membuang cadangan makanan yang
mereka butuhkan yaitu sampah organik. Sehingga fauna dalam tanah dapat berkerja
membentuk biopori.
Pengisian sampah organik dalam lubang tersebut
juga harus diperhatikan agar tidak terlalu padat sehingga tersedia cukup
oksigen untuk mendukung organisme tanah membentuk biopori. Prof Kamir
menerangkan, ukuran diameter sudah diatur sedemikian rupa agar memudahkan kita ketika
memasukkan sampah kedalam lubang biopori dan tidak terlalu besar untuk mencegah
masukknya tikus kedalam lubang tersebut, meskipun masuk tapi tidak akan bisa
berbelok atau bergerak dalam lubang tersebut.
Sedangkan kedalaman 100cm diperthitungkan agar
tersedia cukup oksigen. Semakin dalam sebuah lubang maka kadar oksigen akan
semakin berkurang. Hal ini akan berpengaruh pada proses pembusukan sampah. Kadar
oksigen yang cukup akan membuat organisme tanah mengolah sampah sebelum
mengalami pembusukan yang menghasilkan gas metan. Kedalaman yang kurang dari
kedalaman air muka tanah tersebut juga dimaksudkan agar air yang masuk
mengalami proses bioremediasi sebelum masuk ke dalam air tanah.
Manfaat
Biopori ?
Kecintaan Prof Kamir terhadap ilmu tanah
membuat penelitian ini menjadi salah satu teknologi yang multiguna, diantaranya
:
- mencegah genangan dan banjir
- mencegah erosi tanah dan longsor
- meninngkatkan cadangan air bersih
- penyuburan tanah
- mengubah sampah organik menjadi kompos
sehingga dapat menggurangi emisi gas metan
Percobaan ini sudah terbukti sejak tahun 1993
karena Profesor Kamir telah menerapkan teknologi ini di lingkungan rumah dan
kantor tempat ia berkerja.
“sebelum mengajarkan kepada oranglain, berikan
contoh terlebih dahulu” Prof Kamir R Brata.
Mengapa harus membuat
lubang biopori ?
Saat mulai memasuki perkuliahan di IPB tahun 1968 untuk
mendalami ilmu-ilmu dan teknologi pertanian, Prof Kamir R Brata mlai menyadari
bahwa pengolahan tanah untuk pertanian akan berpotensi merusak tanah, karena
setiap pengolahan tanah pasti ada penekanan dan pergeseran tanah, sehingga
menghalangi peresapan air ke dalam tanah.
Misalnya area persawahan, tanah dilumpurkan agar tidak mudah
meresap ke dalam tanah. Pelumpuran akan merusak biopori yang dibuat oleh alam,
akhirnya ketika air sudah jenuh, air akan langsung mengalir terbuang percuma
bersama pupuk yang larut ikut terbawa aliran air permukaan tersebut kemudian
mencemari lingkungan tempat air berkumpul tersebut. Dan banyak contoh lainnya
seperti pembuatan waduk.
Jadi intinya “Jangan
membiarkan air mengalir di permukaan, karena air yang mengalir begitu saja akan
membawa atau bahkan melarutkan apa yang terlihat dan tidak terlihat yang
berakibat mencemari lingkungan tempat air tersebut berkumpul” Jelas Prof Kamir.
Lalu, bagaimana cara
membuat Lubang Resapan Biopori yang benar?
Prof Kamir menjelaskan banyak literature yang beredar saat
ini bahwa membuat lubang biopori harus menggunakan sebuah pipa yang dimasukkan
kedalam tanah. Sebenarnya ini sama sekali tidak dianjurkan karena dapat
menghalangi fauna tanah berkerja membuat biopori. Jadi perlu diingat ya,, tidak
perlu memasukkan pipa ke dalam lubang biopori.
Alat-alat yang digunakan :
1. Bor tanah manual
3. Ember dan gayung untuk menggemburkan tanah
dengan bantuan air
4. Karung untuk menyimpan tanah hasil membuat
lubang
5. Sampah organik
6. Penutup lubang biopori
6. Penutup lubang biopori
Cara membuat:
1.
Pilih sebidang tanah yang ingin dibuat lubang,
tidak harus di taman. Bisa juga yang dekat dengan bangunan
2.
Lubangi tanah tersebut sepanjang bor tanah
manual yang diputar searah jarum jam
3.
Tutup lubang yang sudah dibuat bisa dengan
membuat penutup dari semen atau bisa memanfaatkan sisa barang yang tersedia. Tutupnya
harus dilubangi ya.
Hasil kunjungan ini membuat saya menyimpulkan 3 hal yang banyak menyimpang :
1. Prinsip pemahaman biopori dan lubang biopori
2. Tidak perlu memasukkan atau menambahkan Pipa apapun ke dalam lubang biopori
3. Jarak lubang biopori satu dengan lainnya tidak harus 1 meter
Rasa penasaran saya akhirnya terjawab dengan hampir 4 jam bersama beliau, tidak hanya membahas tentang biopori saja tapi juga perjalanan beliau memperjuangkan dan menyebarkan teknik pembuatan biopori yang benar. Beliau mengungkapkan saat ini banyak yang mengaku ahli biopori namun tidak paham prinsip biopori yang sesungguhnya.
Setidaknya, meski baru memulai saya sedikit lebih paham tentang prinsip biopori yang bisa diterapkan di rumah. Tidak hanya menjadikan solusi sampah organik tapi juga memiliki manfaat lainnya.
Terakhir, sepertinya tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menerapkan pembuatan lubang biopori ini, seperti yang telah dijelaskan oleh Prof Kamir, bahwa prinsip kerja biopori sudah tertulis di kitab suci umat Muslim, di QS. Az Zumar ayat 21 dan QS. Al-baqorah ayah 164.
Masya allah.
Selamat mecoba!
1. Prinsip pemahaman biopori dan lubang biopori
2. Tidak perlu memasukkan atau menambahkan Pipa apapun ke dalam lubang biopori
3. Jarak lubang biopori satu dengan lainnya tidak harus 1 meter
Rasa penasaran saya akhirnya terjawab dengan hampir 4 jam bersama beliau, tidak hanya membahas tentang biopori saja tapi juga perjalanan beliau memperjuangkan dan menyebarkan teknik pembuatan biopori yang benar. Beliau mengungkapkan saat ini banyak yang mengaku ahli biopori namun tidak paham prinsip biopori yang sesungguhnya.
Setidaknya, meski baru memulai saya sedikit lebih paham tentang prinsip biopori yang bisa diterapkan di rumah. Tidak hanya menjadikan solusi sampah organik tapi juga memiliki manfaat lainnya.
Terakhir, sepertinya tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menerapkan pembuatan lubang biopori ini, seperti yang telah dijelaskan oleh Prof Kamir, bahwa prinsip kerja biopori sudah tertulis di kitab suci umat Muslim, di QS. Az Zumar ayat 21 dan QS. Al-baqorah ayah 164.
Masya allah.
Selamat mecoba!
Referensi tambahan informasi :
http://hubunganalumni.ipb.ac.id/kamir-r-brata-penemu-lubang-resapan-biopori/
http://hubunganalumni.ipb.ac.id/kamir-r-brata-penemu-lubang-resapan-biopori/
inspiring~ mau coba ah >:<
BalasHapusIyakk ayoo coba ka hehehe...
BalasHapusWah beruntung banget kalau di rumah masih ada sisa lahan untuk membuat resapan biopori..coba kalau tinggal di apartement, nggak bakalan terjadi tuh
BalasHapusAyo mba dicoba bikin lubang resapan biopori hehe manfaatnya banyak
HapusMenarik sekali lubang biopori ini. Beruntung deh dpt penjelasannya dari penemunya langsung
BalasHapusIya mba aku penasaran banget soalnya baca diliteratur itu banyak yang bikin bingung hahah
Hapusbiar ga banjir dan makin banyak resapan air,mesti buat banyak biopori kan lebih baik mencegah daripada mengobati
BalasHapusSetuju mbaa... mulai yuk bikin lubang biopori di rumah kita masing2 hehehe
HapusMantabh jiwa...biopori memang berguna. Langkah kecil untuk ikut menjaga pertiwi ini. Makasih sudah semakin membuka mata untuk membantu bumi kita
BalasHapusSamaa-samaa mbaa gitaa kuu sayaanggg... saling ngingetin yaa mbaaa ❤
HapusAkh sehat selalu prof, alhamdulillah di kompleksku lobang lobang biopori udah ada baik di pendopo dan beberapa titik titik depan rumah random tiap blok. Aman nyaman saat hujan juga kak.
BalasHapusKerenn euyy... makin banyak yang aware makin mengurangi potensi kerusakan alam ya mba gita...
HapusAkh sehat selalu prof, alhamdulillah di kompleksku lobang lobang biopori udah ada baik di pendopo dan beberapa titik titik depan rumah random tiap blok. Aman nyaman saat hujan juga kak.
BalasHapusYa Allah informasi ini yang aku perlukan 😍 aku nanti boleh tanya lebih lanjut ya soal membuat cincin dari semen ituh, alat bor tanahnya ada yg jual gak ya? Ternyata buat biopori sesimple itu 👏
BalasHapusAda yg jual ko mba kalo alatnya. Atau mau aku bantu? Kebetulan deket rumah ada bank sampah yg jualan alat plus cincin penutup tanahnya itu.
Hapushttps://www.penceritadunia.com
BalasHapusMelihat manfaatnya... Udah saatnya berapapun luas tanah yang kita punya, kita wajib bikin LRB ini...
Iya bener bang eka. Kita udah harus praktekin di rumah. Apalagi musim kekeringan gini
Hapuswah keren mbak..temuan yang luarbiasa manfaatnya. . beruntung bisa punya kesempatan ngobrol dengan beliau langsung.
BalasHapusAlhamdulillah mba... dikasih kesempatan belajar langsung sama penemunya.
HapusMasyaAllah nimba ilmu langsung dari pakarnya ya mbaa 😍. Menyenangkan kumpul dengan beliau yg penuh ilmu
BalasHapus